SIDENRENG RAPPANG

Sidrap Adakan Istigasah Untuk Indonesia Damai

0
×

Sidrap Adakan Istigasah Untuk Indonesia Damai

Sebarkan artikel ini

Hbdpress.com, Sidrap – Di tengah gelombang aksi demonstrasi yang terus bergulir di berbagai penjuru negeri, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) justru menyuguhkan wajah berbeda.

Malam ini, Senin, 1 September 2025, Bupati Sidrap H. Syaharuddin Alrif berdiri di barisan paling depan, memimpin doa istigasah di Pondok Pesantren Benteng, Kecamatan Baranti.

Di sampingnya, hadir pula Kapolres Sidrap AKBP Dr. Fantry Taherong, yang beberapa hari sebelumnya sukses mengawal demonstrasi mahasiswa agar berlangsung damai tanpa sedikit pun kekerasan.

Keduanya seolah menjadi simbol bahwa kepemimpinan sipil dan aparat keamanan bisa berjalan beriringan: satu mengayomi dengan doa, satu menjaga dengan ketegasan yang humanis.

Terekam kamera wartawan, mereka duduk bersila di serambi pesantren, melebur bersama masyarakat, tokoh agama, santri, dan jajaran pejabat daerah lainnya, seperti Wakil Bupati Hj. Nurkanaah, Sekda Andi Rahma Saleh, Ketua DPRD H. Takhyuddin Masse, dan Dandim 1420 Letkol Inf Awaloeddin serta sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh agama.

Bupati Syaharuddin menegaskan, istigasah ini bukan sekadar ritual, melainkan ikhtiar moral.
“Sidrap ingin menunjukkan bahwa doa adalah kekuatan. Bahwa menjaga Indonesia bisa ditempuh dengan keteduhan, bukan kegaduhan,” ujarnya dengan suara mantap.

Sementara itu, Kapolres Fantry Taherong membawa pesan yang sama.

Setelah mengawal unjuk rasa mahasiswa selama dua hari berturut-turut (31 Agustus dan 1 September 2025) dengan pendekatan persuasif, ia menekankan bahwa keamanan tidak lahir dari senjata, melainkan dari kepercayaan.

“Kami ingin aksi damai menjadi budaya. Polisi hadir bukan untuk menakuti, tetapi untuk mendampingi masyarakat menyampaikan aspirasinya,” katanya.

Suasana istigasah makin terasa simbolis ketika para pemimpin dan masyarakat larut dalam doa, memohon keselamatan bangsa.

Dari Sidrap, lahir sebuah teladan: bahwa aspirasi bisa disampaikan dengan damai, dan bahwa doa bisa menjadi pagar moral bagi republik.

Sidrap, daerah berjuluk Bumi Nene Mallomo ini, seolah menghidupkan kembali warisan nilai bijak sang tokoh adat: musyawarah, keadilan, dan keteguhan iman.

Di tengah situasi tak menentu, Syaharuddin dan Fantry Taherong dan yang lainnya menghadirkan wajah kepemimpinan yang menyejukkan—mengedepankan doa dan kedamaian, bukan konflik dan kekerasan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *