Pinrang HBDperss.com : Memasuki hari kedua pelaksanaan Adventure Culture Pinrang International Folklore Festival 2025, suasana pesisir Pantai Lowita, Kecamatan Suppa, Sabtu (22/11), berubah menjadi panggung akbar yang menghadirkan kolaborasi seni berskala besar.

Ribuan masyarakat memadati venue kedua festival ini untuk menyaksikan Colossal Dance bertajuk “Asal Mula Kehidupan di Ujung Lero” yang dibawakan oleh 1.000 penari siswa SD dan SLTP se-Kabupaten Pinrang.
Ketua Dewan Seni Kabupaten Pinrang, Sri Widiati A. Irwan, dalam sambutannya menegaskan bahwa penampilan kolosal ini menunjukkan komitmen Kabupaten Pinrang dalam menjaga napas budaya melalui pelestarian seni tari dan cerita rakyat.
“Ini adalah bukti bahwa generasi muda Pinrang tumbuh dengan kecintaan terhadap adat dan budaya. Mereka bukan hanya belajar menari, tetapi juga ikut merawat identitas daerah,” ungkap Sri Widiati.
Pertunjukan kolosal ini turut disaksikan oleh seluruh delegasi dari 8 negara peserta festival, menjadikannya momentum penting dalam memperkenalkan kekayaan budaya Pinrang ke panggung internasional.
Tak hanya itu, Founder of The Color of Indonesia, Vivi Sandra Putri, hadir langsung dan menyampaikan rencana untuk mengajukan penampilan ini ke Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pertunjukan tari kolosal dengan penari terbanyak dari tingkat SD dan SLTP.
Sri Widiati menyampaikan apresiasi besar kepada seluruh penari, pelatih, guru, serta orang tua yang telah mendukung proses latihan selama beberapa bulan terakhir.
Menurutnya, kerja keras ini membuktikan bahwa masyarakat Pinrang, khususnya generasi muda, memiliki semangat kuat untuk menjaga dan memperkenalkan warisan budaya daerah.
“Manfaat terbesar dari kegiatan ini adalah tumbuhnya rasa bangga di hati anak-anak kita. Mereka belajar bekerja sama, disiplin, dan mencintai budaya sendiri. Inilah pondasi bagi masa depan generasi Pinrang agar tetap berkarakter dan berbudaya,” tutupnya.
Dengan energi besar yang terpancar dari ribuan penari muda ini, hari kedua festival tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran budaya yang hidup bagi masyarakat Pinrang dan dunia.(*)



















